Seorang kawan (sebut saja Sastro) pernah berkeluh kesah kepada saya tentang rasa penyesalannya karena sudah melepaskan keperjakaannya kepada wanita yang menurut dia seharusnya tak pantas menerimanya.
Wanita yang dimaksud Sastro itu memang dikenal nakal, pergaulannya buruk, mudah diajak ngamar, dan jelas, sering gonta-gonta pasangan. Lebih mirip piala bergilir.
"Kalau memang menurutmu dia ndak pantas menerima perjakamu, lantas kenapa kamu ngasih ke dia?" tanya saya.
"Lha mau bagaimana lagi, namanya juga pria, kalau sudah tinggi, apalagi ditambah mabuk, kadang susah mikir, ndak peduli keadaan, yang penting nikmat! dan yang pasti, karena kepepet, ndilalah pas sedang birahi, dia pas ada, dan dia juga ndak nolak waktu saya ajak", kilah Sastro dengan nada yang sedikit defensif.
"Trus kalau sudah begini, kamu nyesel ndak?"
"Yo jelas nyesel tho gus, nyesel banget, apalagi setelah perjakaku ilang, aku seolah jadi ndak peduli dengan pergaulan, prinsip 'sudah basah nyebur saja sekalian' selalu menjadi andalan!", jawab Sastro enteng, seakan tak ada rasa penyesalan, walaupun jawaban yang dia berikan sejatinya berisi penegasan penyesalan.
Sedikit banyak, saya paham dengan penyesalan si Sastro. Dalam kondisi STTB (Sangek Tak TerBendung), pria kerap kalap, tak bisa berfikir jernih. Saya jadi ingat dengan sebuah kelakar barat. Katanya, Organ paling penting bagi pria adalah otak dan penis, namun sayangnya, suplay darah yang ada tak cukup untuk menjalankan keduanya dalam waktu yang bersamaan.
Pria memang suka begitu. Susah mengendalikan diri, terlebih dalam urusan selangkangan. Apalagi setahu saya, sastro memang berada dalam kumparan pergaulan yang sangat bebas, pergaulan yang kerap menyepelekan urusan selangkangan.
Tak jauh beda dengan pergaulan anak muda jaman sekarang yang seolah terlalu abai dengan aturan-aturan sosial dan norma kesopanan.
Karenanya jangan heran jika di jaman sekarang banyak sekali kasus hamil duluan. Fenomena "nikah muda karena terlanjur isi" pun seakan sudah dianggap sebagai hal biasa. Kalau istilah jawanya, LKMD, alias Lamar Keri Meteng Dhisik.
Nyatanya, kebanyakan pria lebih menganggap wanita sebagai makhluk yang ditakdirkan untuk ditaklukan, bukan untuk dijaga. Dan parahnya, banyak wanita yang justru kerap berharap agar bisa ditaklukkan. Mereka bukannya jual mahal, tapi justru memurahkan diri. Dan mengenakan busana minim yang menggoda adalah salah satu bukti nyatanya.
Pria kerap menggumbar nafsu, wanita kerap menggumbar aurat, dan setan kerap mengumbar godaan. Klop sudah. Sangat mendukung untuk terciptanya embrio-embrio baru.
Kalau sudah begini, maka iman lah yang menjadi benteng pertahanan terakhir untuk bisa mengendalikan nafsu. Pertahanan terakhir yang menjadi senjata utama dalam menjaga kemaluan.
Jangan anggap enteng urusan menjaga kemaluan, karena keutamannya begitu besar. Saking besarnya, Rosul bahkan sampai mengabarkannya sebagai salah satu perbuatan penjamin surga.
Rasululloh SAW bersabda: "Barangsiapa yang menjamin untukku bisa menjaga apa yang ada di antara dua janggutnya (mulut/lidah) dan apa yang ada di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku menjamin surga untuknya." (HR. Al-Bukhari no. 6474)
Jujur, Menjaga kemaluan memanglah bukan hal yang ringan, bahkan cenderung sangat berat, terlebih di jaman yang serba penuh godaan ini. Tapi wajar lah kalau berat, lha wong hadiahnya pahala dan janji surga je. Coba kalau ringan, pasti hadiahnya cuma kipas angin atau piring cantik.
Nah, lewat artikel jelek ini, saya ingin sekali mengajak anda para pembaca yang masih perjaka dan perawan untuk terus senantiasa menjaga diri hingga tiba waktunya.
Untuk para pria, silahkan berikan keperjakaan anda dengan penuh cinta kepada istri sah anda. Dan untuk para wanita, silahkan jaga dan relakan keperawanan anda untuk sang suami tercinta. Kalau bisa sambil ndesah ya.
Eh, btw, saya masih perjaka lho... *Ra Takon Gus
Disini sumbenya
No comments:
Post a Comment