Thursday, 30 January 2020

Tupo atau tutup poin MLM


Tutup Point Membuat Anda Lambat Untuk Menjadi Sukses HATI HATI !!!












SAUDARA  tentunya sudah pernah dengar atau bahkan pernah melakukan TUTUP POIN atau TUPO atau Maintenance dalam dunia MLM. Ringkasnya tutup poin dalam MLM itu adalah belanja “pribadi” seorang member (atau distributor)  ke perusahaan MLM sebagai syarat cairnya BONUS. Nilai (value) tutup poin berbeda-beda sesuai dengan jenjang (peringkat) keanggotaan di MLM. Dalam istilah bahasa Inggris, tutup poin adalah “Pay to Play” atau biaya untuk dapat tetap “bermain” di MLM. Modelnya ada bermacam-macam. Salah satunya adalah seperti yang terdapat di gambar ini.
Pada gambar itu, tutup poin diberi nama ‘maintenance’. Ada dua macam, full maintenance dan half maintenance. Tupo yang full, memungkinkan member memperoleh semua bonus yang sudah dicapai, nilainya Rp 600,000 yang setara dengan 20 Point Value (PV). Tupo setengah (Rp 300,000) tidak memperoleh bonus Matching.
Saya tidak mempermasalahkan ada berapa macam bonus di MLM itu, hanya saja jika seorang member tidak melakukan Tupo Setengah (belanja pribadinya tidak mencapai Rp 300,000) dalam bulan berjalan, maka semua bonus yang dijanjikan perusahaan tidak akan dia terima sama sekali di bulan depannya. Hal itu mudah jika harga produk di perusahaan itu satu paket nilainya Rp 300,000, yang artinya hanya dengan membeli satu paket produk, member sudah melakukan tutup poin, meskipun belanjanya di awal bulan…:-). Namun yang sering terjadi, banyak member  yang tidak mudah belanja suatu produk senilai Rp 300,000 setiap bulan hanya agar bonusnya dapat diperoleh setiap bulan. Di beberapa MLM, bahkan Tupo ini dikaitkan dengan peringkat di jaringannya sendiri. Dalam hal ini jika member tidak berbelanja senilai Tupo, maka peringkatnya merosot yang artinya persentase bonus juga merosot di periode kegiatan MLM bulan berikutnya. Yang pasti, jika TUPO tidak terpenuhi di akhir bulan, maka semua bonus tidak dibayarkan. Sekarang mari kita pelajari hakekat ber-MLM sebagai suatu sistem penjualan langsung (Direct Selling – DS).

Penjualan Langsung itu adalah…..

Dengan deberlakukannya SIUPL untuk seluruh perusahaan MLM legal di Indonesia, maka setiap MLM yang beroperasi di Indonesia seharusnya merupakan bisnis marketing dengan sistem DS. Sistem DS ini cirinya transaksi terjadi dari orang ke orang (man to man transaction). Member memperoleh produk dari perusahaan atau agen atau stockist kemudian menawarkan secara langsung kepada para calon konsumen. Calon konsumen terbagi menjadi konsumen bebas yang membeli produk dengan harga non-member yang biasanya minimal 20% lebih mahal dibanding harga distributor (harga member) dan konsumen calon member yang membayar biaya pendaftaran member dan membeli produk dengan harga member.
Dengan sistem ini, biasanya keuntungan distributor lebih banyak jika dia menjual produk kepada konsumen bebas. Mengapa demikian? Ya, jelas dengan menjual kepada konsumen bebas dia dapat keuntungan minimal 20% harga member dan memperoleh POIN belanja, yang jika diakumulasikan boleh jadi melebihi nilai TUPO-nya. Sekali tepuk dua keuntungan didapat…. Beda jika yang belanja adalah calon member, maka distributor perekrut member hanya memperoleh POIN belanja. Keuntungan lain tidak ada. Uang pendaftaran? Otomatis menjadi hak perusahaan. Jika ada bagian uang pendaftaran menjadi pendapatan distributor, itu pertanda buruk. MLM-nya dapat dikategorikan sebagai ‘money game’, karena memasarkan sesuatu yang tidak ada produknya….:-).
Ringkasnya MLM yang dengan sistem TUPO lalu menerapkan peringkat jaringan yang dihitung dengan persentase bonus, maka akan sangat menguntungkan perusahaan. Sebaliknya, para member level paling bawah (member-member baru) kebanyakan tidak melakukan tutup poin. Jadi siapa yang menikmati keuntungan dari omset yang diciptakan oleh member baru atau member yang sekedar belanja dengan harga murah (menurut hitungan dia tentunya)?
Tentu saja PERUSAHAAN MLM dan SUPPORT SYSTEM-nya bukan? Padahal ijin dari pemerintah adalah SIUPL, Surat Ijin Usaha Penjualan Langsung. Yang terjadi yang berjualan langsung ya perusahaannya saja kepada para member. Artinya ada omset, perusahaannya yang untung. Member yang mencapai TUPO, jika pada tahap-tahap awal, paling-paling hanya memperoleh 3% dari harga member yang hasil belanja pribadi atau hasil menjual ke konsumen bebas.
Ilustrasinya demikian. Taruh kata perusahaan MLM memberlakukan peringkat 3% jika member mencapai PV 100, 6% jika mencapai 400 PV dan seterusnya. Maka dalam satu jaringan, upline yang mencapai 399 PV akan sama peringkatnya dengan downline-nya yang mencapai 200 PV. Dalam hal ini, si UPLINE hanya menikmati 3% hasil belanjaannya sendiri. Bonus dari jaringan downline-nya yang 200 PV sama sekali tidak dia nikmati. Sistem hitungan bonus ini sering menyebabkan nilai bonus yang diperoleh seorang member MLM sebagai hasil jerih payah ‘berjualan’ sebulan penuh (tanggal 1 hingga akhir bulan) nilainya LEBIH KECIL dibanding TUPO-nya. Padahal di manapun, yang namanya sistem penjualan langsung itu rumusan usahanya: ADA OMSET ADA UNTUNG.
Jadi adakah cara mengoreksi kelemahan dan keunikan TUPO ini? Tentu saja ada,yaitu:
  1. MLM itu harus ADA PRODUK-nya dan tidak ada penghasilan member dari hasil perekrutan diluar OMSET
  2. Persentase bonus sebagai hasil perekrutan harus berdasarkan OMSET produk yang dibeli oleh member rekrutannya (frontline) dan nilainya paling besar dari struktur bonus, sehingga benar-benar mencerminkan sistem PENJUALAN LANGSUNG
  3. Bonus hanya ada tiga macam, yaitu bonus mensponsori member baru membeli PROUK (bonus sponsor), bonus perkembangan jaringan sebagai reward dari perusahaan karena member berhasil membina jaringannya dan menghasilkan omset jaringan untuk perusahaan dan ketiga adalah BONUS BULANAN sebagai bentuk konsekuensi perkembangan jaringannya atau bagian dari omset setiap downline-nya yang menghasilkan omset.
  4. Informasi besarnya bonus dilakukan seketika setelah TRANSAKSI TERJADI antara member dengan perusahaan, jadi diperhitungkan secara  HARIAN.Sukur-sukur dibayarkannya juga HARIAN, karena setiap aktivitas marketing perlu biaya. Member memasarkan produk harian, tentunya mengeluarkan biaya pemasarannya juga HARIAN.
  5. TIDAK ADA PEMERINGKATAN member dalam jaringan berdasarkan OMSET, sehingga tidak ada peringkat yang dikejar juga tidak ada peringkat yang harus dipertahankan

No comments:

Post a Comment